Majalahukum.com
Bandung, 17 April 2025 – Ketua Bank Sampah LACAK1 Desa Lampegan, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Iwan Sulistiawan, menawarkan solusi inovatif dalam pengolahan sampah organik. Dengan teknologi sederhana dan biaya terjangkau, sampah organik kini dapat diolah menjadi pupuk organik dan material bangunan hanya dalam waktu satu hari.
Masalah sampah telah menjadi persoalan serius di banyak wilayah, termasuk di Kabupaten Bandung dan daerah lainnya di Indonesia. Setiap hari, volume sampah yang menumpuk semakin bertambah, terutama sampah organik dari pasar, hotel, restoran, hingga rumah tangga. Minimnya kesadaran masyarakat dalam memilah sampah memperburuk kondisi ini, meskipun berbagai upaya sosialisasi telah dilakukan pemerintah.
Menurut Iwan Sulistiawan, sampah organik harus segera ditangani secara efektif karena selain berdampak buruk terhadap lingkungan, potensi ekonominya juga sangat besar. Melalui metode yang dikembangkannya, sampah organik dapat diolah menjadi pupuk organik tanpa proses fermentasi panjang, cukup dalam satu hari. Teknologi yang digunakan pun sangat sederhana dan dapat diterapkan dengan biaya rendah.
Selain menghasilkan pupuk organik, dari pengolahan sampah organik ini juga dapat dihasilkan berbagai produk lainnya seperti:
Konsentrat untuk pakan ternak
Material bangunan, seperti bata interlock, batako, dan paving block
Lebih lanjut, Iwan Sulistiawan juga memanfaatkan limbah anorganik, seperti plastik multilayer, sebagai bahan bakar alternatif dengan membuat kompor berbahan bakar plastik, sehingga limbah plastik pun tidak terbuang percuma.
Investasi dan Manfaat Ekonomi
Untuk mengolah sampah organik dengan volume 30 hingga 50 ton per hari, diperlukan biaya investasi peralatan sekitar Rp 500 juta hingga Rp 750 juta. Adapun biaya produksi harian diperkirakan antara Rp 110 juta hingga Rp 130 juta. Dengan investasi tersebut, manfaat besar yang bisa diperoleh antara lain:
Membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar
Menghasilkan pupuk organik murah berkualitas, yang bisa menjadi alternatif pupuk anorganik
Menyediakan material bangunan seperti paving block yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan infrastruktur desa
Iwan berharap teknologi sederhana ini dapat dikembangkan di daerah-daerah lain yang mengalami penumpukan sampah dalam skala besar. Menurutnya, keberhasilan pengolahan sampah bergantung pada kemauan masyarakat dan ketersediaan dana yang memadai.
“Semoga solusi ini dapat menjadi jawaban atas masalah sampah yang kita hadapi bersama,” ujar Iwan saat dihubungi melalui sambungan telepon selulernya.
Tentang Bank Sampah LACAK1 Desa Lampegan
Bank Sampah LACAK1 merupakan lembaga komunitas berbasis masyarakat yang bergerak di bidang pengelolaan dan pengolahan sampah, berfokus pada pemberdayaan warga desa melalui inovasi lingkungan yang berkelanjutan.
Rilis ulang
Dani Sumarno