Beranda Klinik Hukum Harga Minyak Mentah naik hingga level US$ 100,99

Harga Minyak Mentah naik hingga level US$ 100,99

Harga Minyak Mentah naik hingga level US$ 100,99 // Doc. Antar Foto/Sumber

Jakarta, MH – Pada hari Jumat, 26 Agustus 2022, harga minyak mentah naik pada akhir perdagangan. Penguatan harga komoditas itu didorong oleh kekhawatiran atas ketatnya pasokan menyusul sinyal dari Arab Saudi bahwa kelompok negara produsen minyak atau OPEC dapat memangkas produksi.

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober ditutup naik 54 poin atau 0,6 persen ke level US$ 93,06 per barel di New York Mercantile Exchange. Sedangkan harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober menguat 1,65 poin atau 1,7 persen ke level US$ 100,99 per barel di London ICE Futures Exchange.

Sepanjang minggu ini, berdasarkan kontrak bulan depan, harga WTI naik 2,9 persen sedangkan Brent melejit 4,4 persen. Penguatan harga minyak dunia terpengaruh oleh para pedagang yang bertaruh pada kemungkinan penurunan produksi oleh produsen minyak dunia utama.

Menteri energi Arab Saudi menyebutkan pada awal pekan ini bahwa ada keterputusan antara harga berjangka dan fundamental, dan bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang secara kolektif dikenal sebagai OPEC+.

“Kesan tetap bahwa Arab Saudi tidak mau mentolerir penurunan harga di bawah US$ 90. Spekulan dapat melihat ini sebagai undangan untuk bertaruh pada kenaikan harga lebih lanjut tanpa perlu takut akan penurunan harga yang lebih jelas,” kata Commerzbank dalam sebuah catatan, Sabtu, 27 Agustus 2022.

Faktor lainnya adalah pelaku pasar minyak yang mencerna pernyataan terbaru Gubernur The Fed Jerome Powell. Di dalam pidatonya yang sangat dinanti-nantikan pada Jumat kemarin di simposium Jackson Hole, Powell menegaskan kembali janji untuk secara paksa memerangi inflasi yang masih mendekati level tertinggi dalam empat dekade.

Sontak harga minyak mentah turun setelah Ketua Fed mengatakan kebijakan moneter yang ketat mungkin akan dilakukan “untuk beberapa waktu” guna melawan inflasi. Pasar langsung memperkirakan pertumbuhan ekonomi bakal berjalan lebih lambat, pasar kerja yang lebih lemah dan sejumlah penurunan indikator untuk rumah tangga dan bisnis.