Oleh: Bernard Simamora, Caleg DPR RI Pemilu 2024 Dapil Sumatera Utara II
Di tengah perhelatan Pemilu 2024 yang semakin dekat, terdapat indikasi bahwa plutokrasi, yaitu pengaruh kekayaan dalam politik, semakin menggila. Banyak calon-calon politik yang menggunakan kekayaan mereka untuk mempengaruhi pemilih dan meraih kekuasaan.
Salah satu bentuk pengaruh kekayaan dalam politik adalah melalui berbagai lomba banner terbesar dan berlomba banner terbanyak. Calon-calon politik berlomba-lomba untuk menampilkan banner-bannernya yang besar dan mencolok di berbagai tempat strategis. Tujuannya adalah agar pemilih terus terpapar dengan citra dan pesan yang ingin disampaikan oleh calon tersebut.
Tidak hanya itu, ada juga praktik politik yang lebih ekstrem dalam mempengaruhi pemilih. Beberapa calon politik bahkan melakukan aksi bagi-bagi uang saat sosialisasi atau bagi-bagi sembako saat perkenalan dengan masyarakat. Hal ini tentu saja menimbulkan pertanyaan etis mengenai motivasi sebenarnya dari tindakan tersebut.
Bansos jelang pencoblosan juga menjadi salah satu strategi politik yang kerap digunakan. Calon-calon politik memberikan bantuan sosial kepada masyarakat dengan tujuan untuk mendapatkan dukungan mereka. Meskipun niatnya mungkin baik, hal ini juga menimbulkan pertanyaan mengenai ketergantungan masyarakat pada calon tersebut.
Selain itu, ada juga calon-calon politik yang memberikan pemberian alat-alat pertanian kepada petani sebagai upaya untuk memperoleh dukungan mereka. Meskipun pemberian ini bisa dianggap sebagai bantuan, namun tetap menimbulkan pertanyaan mengenai tujuan sebenarnya dari tindakan tersebut.
Tidak ketinggalan, doorprize kampanye juga menjadi salah satu cara untuk menarik perhatian pemilih. Calon-calon politik mengadakan acara kampanye dengan hadiah-hadiah menarik sebagai bentuk apresiasi kepada pemilih yang hadir. Namun, hal ini juga menimbulkan pertanyaan mengenai motivasi sebenarnya dari doorprize tersebut.
Plutokrasi dalam politik tentu saja perlu menjadi perhatian serius. Kekayaan tidak seharusnya menjadi faktor penentu dalam memilih pemimpin yang berkualitas. Pemilih harus mampu melihat dan menilai calon-calon politik berdasarkan visi, misi, dan integritas mereka, bukan hanya berdasarkan pengaruh kekayaan yang mereka miliki.
Bernard Simamora, seorang advokat, mantan jurnalis, kolumnis, youtuber, wirausahawan, dan pegiat pendidikan, kini Politisi PSI.