
Bandung, MH | Di tengah pola umum pendidikan kejuruan yang berorientasi pada penyerapan tenaga kerja, SMK Taruna Ganesha mengambil langkah berbeda. Sekolah kejuruan yang terletak di Cisaranten Kulon, Arcamanik, Kota Bandung ini tidak hanya mendidik siswanya untuk siap kerja, tetapi juga untuk menjadi pemimpin usaha. Bukan hanya pekerjanya—tapi pencetak bosnya.
Dengan membawa semangat besar melalui program Sekolah Pencetak Wirausaha, SMK Taruna Ganesha membekali siswa dengan kemampuan teknis unggul dan mentalitas entrepreneur sejak dini. Visi sekolah ini jelas: mencetak lulusan yang tidak sekadar mengikuti arah, tetapi memimpin arah.
“Kami ingin lulusan kami menjadi motor penggerak, bukan roda yang digerakkan. SMK lain mencetak pekerja, kami mencetak bosnya,” tegas Wakil Kepala SMK Taruna Ganesha Bidang Hubungan Industri, Wildan Ramdani, STP, saat ditemui AswajaNews.Id, Selasa (2/07/2025).
Empat program keahlian—Teknik Otomotif, Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi, Teknologi Farmasi, dan Manajemen Perkantoran dan Layanan Bisnis—dikembangkan dengan pendekatan technopreneurship. Siswa tak hanya belajar keterampilan kerja, tapi juga strategi membangun usaha, mengenali pasar, dan mengelola sumber daya.
Menurut Kepala Sekolah Drs. A. Karyan Sugianto, menjadi wirausaha sejati tidak hanya soal keterampilan, tetapi soal nyali dan keberanian mengambil keputusan. “Skill bisa dilatih, tapi mental berani keluar dari zona aman, itu yang kami tekankan di sini,” ujarnya.
Kisah sukses lulusan SMK Taruna Ganesha juga menjadi bukti konkret. Novia Fitri Indriyani, atau yang akrab disapa Oci, berhasil membuktikan bahwa lulusan SMK pun bisa bersaing di jenjang yang lebih tinggi. Lewat program wirausaha sekolah, Oci menunjukkan kompetensi komunikasi dan kepemimpinan yang mengantarkannya meraih beasiswa kuliah di Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran (Unpad).
Dalam konteks lebih luas, fenomena ini mengingatkan pada realitas di kampus-kampus elite dunia. Di Harvard Business School, misalnya, para lulusan terbaik dengan nilai tertinggi banyak yang menjadi dosen, peneliti, dan konsultan. Lulusan dengan nilai menengah cenderung menjadi profesional andal, manajer, atau eksekutif di perusahaan besar. Namun yang menarik, mereka yang nilainya pas-pasan justru banyak yang menjadi pengusaha sukses, pemilik perusahaan—tempat para profesor dan profesional itu bekerja. Dunia usaha lebih menuntut keberanian dan visi kepemimpinan daripada sekadar prestasi akademik.
“Dan keberanian itu yang sedang kami bangun. SMK Taruna Ganesha tak sekadar membekali anak dengan ijazah, tapi juga dengan mental pejuang dan naluri pemilik usaha,” imbuh Yayan Priyadi, S.Pd., S.H., M.H., M.M., Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan yang juga pembina program wirausaha di sekolah tersebut.
Untuk memperkuat itu semua, sekolah menjalin kemitraan aktif dengan industri seperti Honda, PT LEN Industri, ASPAPI, dan LSP PAFI. Siswa ditempa melalui uji kompetensi, magang, hingga simulasi bisnis yang nyata dan kontekstual.
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila bertema “Kebekerjaan dan Gaya Hidup Berkelanjutan” juga menjadi wadah siswa untuk mengenal potensi lokal, mengelola proyek, dan merancang solusi bisnis berbasis masyarakat.
Dengan semangat “Merdeka Belajar” yang diterjemahkan menjadi “Merdeka Usaha”, SMK Taruna Ganesha hadir bukan sebagai sekolah pencari kerja, tapi pabrik pencetak pemilik usaha. Dari SMK, langsung jadi bos. (Penulis: Anas)