JAKARTA – Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud menyoroti sejumlah kebijakan Prabowo Subianto sebagai menteri pertahanan (Menhan) terkait alat utama sistem senjata (alutsista). Salah satunya adalah pembelian 12 jet tempur bekas buatan Prancis Mirage 2000-5 dari Qatar.
Meski pembelian itu akhirnya dibatalkan Menhan Prabowo. Namun, kebijakan itu menjadi sasaran empuk bagi kubu lawan untuk menggugat kebijakan Prabowo.
Deputi Politik 5.0 TPN Ganjar-Mahfud, Andi Widjajanto menyebut, pemerintah Indonesia pada era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah menolak hibah satu skuadron pesawat tempur Mirage dari Qatar pada 2009. Hal tersebut terjadi pada era Menhan Juwono Sudarsono.
“Teknologi usang ini kami pentingkan untuk dimunculkan Mas Ganjar benar-benar bertanya tentang itu. Terutama tentang Mirage, karena pertanyaan Mas Ganjar ke kami sederhana saja, mengapa (membeli) sesuatu yang 15 tahun ditolak Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono?” ujar Andi di Media Center TPN Ganjar-Mahfud, Jakarta Pusat, Senin (8/1/2024).
“Juwono Sudarsono dihibahkan Mirage itu tidak mau, sekarang malah beli dalam kondisi bekas yang jauh lebih tua?” ujar Andi menggugat keputusan Prabowo.
Dari data yang dihimpun eks gubernur Lemhannas tersebut, alutsista TNI Angkatan Udara (AU) merupakan yang paling banyak kecelakaan. Hal itu menunjukkan pekerjaan rumah besar bagi Kementerian Pertahanan (Kemenhan) dan TNI dalam melakukan perawatan alutsista.
Namun dengan pekerjaan rumah yang besar tersebut, kata Andi, Prabowo justru membeli 12 jet tempur Mirage 2000-5 bekas. Padahal, produsen pesawat, yaitu Dasaault Aviatom sudah tak lagi memproduksinya.
Hal tersebut akan menjadi masalah bagi Indonesia dalam merawat 12 jet tempur Mirage 2000-5 jika jadi didatangkan. Pasalnya, komponen perawatannya akan sulit didapatkan karena produsennya sudah menghentikan pembuatan pesawat tersebut.
“Begitu Mirage 2000 tidak diproduksi oleh produsennya di Prancis, akan ada kesulitan-kesulitan untuk melakukan life cycle-nya, untuk melakukan daur hidupnya, untuk melakukan upgradenya,” ujar Andi.
Karena itu, kata dia, Ganjar dalam debat menyorot bagaimana teknologi usang yang lebih dipilih oleh Prabowo sebagai menhan. Padahal, Indonesia mampu untuk membeli alutsista baru untuk memperkuat pertahanan negara.
“Kita punya PR yang besar untuk perawatan ketika nanti pendekatan yang disebut daur hidup. Jadi seperti teman-teman beli mobil, nanti pusingnya bukan saat belinya, pusingnya saat nyicilnya dan servisnya, sama alutsista juga seperti itu,” ujar mantan menteri sekretaris kabinet tersebut.