Home Politik Kritik Prabowo Soal Program Makan Siang Gratis, Ganjar Sebut Kurang Efektif Atasi...

Kritik Prabowo Soal Program Makan Siang Gratis, Ganjar Sebut Kurang Efektif Atasi Stunting

Kritik Prabowo Soal Program Makan Siang Gratis, Ganjar Sebut Kurang Efektif Atasi Stunting -- Doc.antar foto/sumber

JAKARTA – Ganjar Pranowo Calon presiden (capres) nomor urut 3, mengkritik program makan siang gratis yang dicanangkan oleh pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto -Gibran Rakabuming Raka untuk mengatasi stunting.

Menurut Ganjar, program tersebut kurang efektif karena pencegahan stunting seharusnya dimulai sejak bayi dalam kandungan.

Dalam debat Pilpres 2024, awalnya Prabowo meminta pendapat Ganjar soal gagasan memberi makanan bergizi untuk seluruh anak Indonesia untuk mencegah stunting dan kemiskinan ekstrem.

“Saya ingin bertanya apakah Bapak setuju gagasan saya beri makan bergizi untuk seluruh anak-anak Indonesia untuk stunting dan kemiskinan ekstrem?” ujar Prabowo di debat kelima Pilpres 2024 di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, Minggu (4/2/2024) malam.

Ganjar langsung merespons dengan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap program tersebut. Ia menyebut program itu dinilai terlambat untuk menangani stunting.

“Kalau ngasih makannya untuk mencegah stunting saya tidak setuju, karena Bapak terlambat. Stunting itu ditangani sejak dalam bayi di dalam kandungan,” ujarnya.

Mantan Gubernur Jawa Tengah dua periode itu lantas menjelaskan bayi dalam kandungan berhubungan dengan ibunya. Jika gizi terpenuhi dan cek kehamilan dilakukan dengan rutin demi memastikan selalu dalam keadaan baik, maka bayi lahir sehat dan ibunya juga selamat.

“Kalau sudah lahir dan tumbuh Pak, itu bukan stunting tapi gizi buruk. Jadi jangan sampai confuse antara stunting dan pemberian makan. Makannya juga jangan banyak-banyak nanti nggak baik, jangan sampai obesitas, ini kebih bahaya lagi,” tandas Ganjar.

Untuk informasi, debat pamungkas Pilpres 2024 mengangkat sejumlah tema, yakni kesejahteraan sosial, kebudayaan, pendidikan, teknologi informasi, kesehatan, ketenagakerjaan, sumber daya manusia, dan inklusi.

Exit mobile version