JAKARTA – Cawapres untuk Ganjar Pranowo maupun Prabowo Subianto berpotensi diambil dari nama-nama yang menjadi bagian dari pendukung pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Yusak Farchan selaku Pengamat Politik Citra Institute mengatakan, dengan jarak elektabilitas tiga bakal calon presiden yakni Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan yang sangat kompetitif, figur cawapres berpotensi menjadi kunci kemenangan.
“Realitas politik inilah yang membuat semua poros koalisi tampak sangat hati-hati dalam menetapkan cawapres. Salah pilih cawapres tentu bisa menjadi bumerang,” ujar Yusak saat dihubungi, Sabtu (1/7/2023).
Dari tiga poros koalisi, Yusak menilai Ganjar dan PDIP yang paling fleksibel dalam menetapkan cawapres karena tidak tersandera dengan syarat presidential threshold 20%. Berbeda dengan poros Partai Gerindra-PKB dalam Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) dan poros Partai Nasdem-Partai Demokrat-PKS dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang masih terlihat saling sandera dalam perebutan posisi cawapres di internal koalisi masing-masing.
Soal nama-nama cawapres yang berkembang di lingkaran Ganjar, PDIP tidak akan mengabaikan variabel elektabilitas cawapres. PDIP pun masih berburu cawapres yang mampu mengonsolidasikan kekuatan politik Nahdlatul Ulama (NU) secara massif.
Jadi, potensi kandidat yang muncul seperti Sandiaga Uno yang diusulkan PPP masih minim.
“Meskipun elektabilitas Sandi tinggi dan PPP menjadi representasi kekuatan politik Islam tradisional, tetapi ketokohan Sandi di PPP dianggap belum mampu mengkonsolidasikan dukungan NU karena asosisasi figur Sandi terhadap PPP dan NU lemah,” terang Yusak
“Makanya muncul nama seperti Nasarudin Umar, TGB Zainul Majdi, bahkan Kiai Maruf Amin untuk disandingkan dengan Ganjar,” sambungnya.
Menurut Yusak, di KKIR meskipun Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) memegang golden tiket cawapres, tapi masih terbuka kemungkinan munculnya cawapres lain.
Nama-nama seperti Menteri BUMN Erick Thohir dan Ketum Golkar Airlangga Hartarto berpotensi masuk sebagai cawapres Prabowo.
“Sepanjang Erick bisa menggaransi kepentingan Cak Imin, saya kira peluang Erick menjadi cawapres Prabowo terbuka lebar. Apalagi PAN kan sudah mengunci cawapres menjadi milik Erick Tohir.
“Begitu juga dengan Airlangga yang berpotensi menjadi cawapres Prabowo,” ujarnya.
Dekan FISIP Universitas Sutomo ini memprediksi, pada saatnya Golkar akan membuka opsi cawapres. Kalau tetap bertahan di opsi capres, Golkar akan kesulitan membangun poros baru karena elektabilitas Airlangga tidak cukup menarik bagi parpol lain bergabung.
“Poros baru Golkar-PAN misalnya, tidak cukup kompetitif melawan tiga poros capres yang ada (Prabowo, Ganjar, dan Anies),” tuturnya.
Namun demikian, dia menambahkan, cawapres Ganjar maupun Prabowo berpotensi diambil dari nama-nama yang menjadi bagian dari pendukung pemerintahan Jokowi.
“Bayang-bayang Jokowi ada di dua poros capres tersebut. Satu bulan sebelum pendaftaran capres-cawapres saya kira akan mulai mengerucut petanya,” pungkas Yusak.